Selasa, 19 November 2013

Hujan Menyapa

Beranjak duduk diam berdiri
Sepi di kanan pula di kiri
Jam dinding berbisik
Apa yang kau tunggu?
Aku diam, beku dihadapan waktu
Merasa tidak mampu
Mungkin dia bukan untukku
Hujan menyapa
Lihat aku...
Tanpa kau beri, aku memberimu kehidupan
Lakukanlah, seperti aku yang menyayangimu tanpa henti..

27 Pesan Penyesalan

Di suatu siang
Kecamuk hati yang amat sangat
Api dan Air saling menerkam
Mereka lemparkan
Pisau yang amat tajam dari mulutnya
Hatiku ini hanya darah dan daging
Bukan batu atau pun besi
Pasti kan robek jua
Aku hanya diam..
Memompa air sebanyaknya
Hingga bel memanggil
Aku berpulang mencari kedamaian
Sebuah, bukan
27 buah pesan
Memenuhi kotak posku
Sebuah pesan yang berisi sama
"Satrio, kamu dimana? Jangan marah, kami sayang kamu"
Sungguh sampai bodoh aku menghapuskan semua rasa dendam pada seseorang
Aku telah memaafkanmu sejak kau melakukannya..
Ah, hanya luka yang saja masih terbuka

Langit Menangis

Langit menangis
Di atas bumi Teladan
Hancur hatinya melihat
Rindang daun mulai gugur
Di atas manusia-manusia kerdil
Aku tersenyum menyapanya
Menyambut hari penuh kegelapan
Basah, lembab, dan dingin
Belum cukup untukku
Aku kan tebarkan depanmu
Menutup, memutus, dan obati
Cakrawala yang merobek langit
Langit Teladanku..

Inspirasi: Suatu pagi dengan hujan yang begitu deras di kampusku

Senin, 18 November 2013

Semua Ini Salah

Kulukiskan bayangmu dihatiku
Hanya hitam
Kini hatiku buta
Buta karenamu seorang
Sungguh aku bisu menatapmu dalam pekik harap
Senja berakhir, pintu tertutup
Terpancarkan dari matamu
Bukan aku...

Teruntuk: -Gema alam yang nian indah

Hanya Aku

Gusar...
Menerjang - terjang
Bak ombak di pesisir
Kembali goyah hati ini
Atau ruang di hati yang tak pernah terisi?
Rasa itu muncul kembali
Melintasi waktu yang telah lama berlalu
Hatiku berdebar
Sekilas, Terbesit rasa tak sabar
Apakah aku sendiri?
Rasa ini perih menusuk-nusuk
Siapa kalian semua?
Penjahat bertopengkah?
Atau hanya aku..
Yang terkucil di tengah sepi..

Minggu, 17 November 2013

Suara Mati

Tercekik dan terkunci
Sayup – sayup menghilang
Tenggelam dalam gulita
Pandangan tiada buta
Lurus memandang purnama
Bersesal tiada guna
Bila waktunya telah tiba
Nyawa tiada berada,
Kutercekat,
Tertelan gegap gempita
Terdiam penuh tanda tanya
Ketika jiwa meninggalkan raga
Tali apa yang mengikatku?
Kukembali menelusup kalbu
Kau menyadarkanku
Membawaku pulang
Aku kembali untukmu,
Hanya untukmu…
By : Satrio Agung Prayogo

Penyesalan

Sejujurnya
Aku menyayangimu
Hal paling utama dalam hidupku
Memilikimu
Sungguh aku bersyukur
Maaf,
Aku belum mampu membahagiakanmu
Dalam keresahan
Pun aku tak mampu membentakmu
Aku hanya berdesis lirih
Dalam kekalahan
Ledakan histeriaku tunduk
Pada rasa untukmu
Sekali lagi maafkan..

Mendekat

Yang lara di ujung jalan ini 
Dia berlari mengejar
Sembunyikan debu perihnya hati
Tak tentu arah hatinya
Tersambar dan terhambat di tepian jalan
Menopang dagu, bermimik gundah
Menatapmu yang lara
Diambilnya sepucuk kain
Dilambai-lambaikan dihadapan punggungmu
Menampik rasanya di depanmu
Bak kucing,
Jantungnya berdebat
Hidup hari ini mati kemudian
Asanya..

Minggu, 03 November 2013

Hai Gadis


Hai gadis,
Wajahmu elok nan manis
Berhias sebuah senyum tipis
Pesona yang tak terelakkan lagi
Malam ini…
Lunar bersembunyi di langit kelabu
Disiapkannya mega biru,
Untuk menaungi engkau dan aku
Kala kau entah dimana
Kutanyai langit dan bumi
Dimana dikau bersembunyi
Ternyata engkau selalu di hati..
Kala kubutuh tempat bersembunyi,
Lari dari sendiri dan sepi
Adakah ruang dihatimu,
Untukku bernaung dan mengisi harimu?
By : Satrio Agung Prayogo

Selasa, 22 Oktober 2013

Romantisme


Senja setanjung
Sambut cinta kita
Namun,
Gelap malam yang menyambut
Membawa kita pada taman lampion
Dimana sinarnya terangi kencan kita,
Malam ini,
Gemerlap cahaya mega mengiringi kita ke Bukit Bintang
Kuyakinkan padamu kucintaimu
Sayang,
Cinta ini bagai kuat arus samudera,
Berombak – ombak
Sayang,
Kupersembahkan romantisme ini untukmu
Sayang,
Kutenggelam dalam naungan sang bayang…
By : Satrio Agung Prayogo